Tuesday, December 7, 2010

Dongeng Anak: Aku, Si Trenggiling dan Ayo, Didio!

Dongeng Anak: Aku, Si Trenggiling

Aku ada di India, Cina, Srilanka, dan Asia Tenggara. Aku hidup di hutan lebat dan semak belukar. Trenggiling Jawa sepertiku beratnya 27 kg, dengan panjang 30-88 cm. Ekorku amat kuat dan panjangnya hampir sama dengan tubuhku. Ibu-ibu trenggiling mengandung anaknya selama 3 bulan. Seperti binatang menyusui lainnya, mereka akan menyusui anaknya. Si anak setiap hari digendongnya. Anak itu berpegangan erat pada ekor si ibu agar tidak jatuh. Bila ada bahaya, ibu itu akan memeluk anaknya dalam gulungan tubuhnya.Aku suka memanjat pohon untuk mencari semut, makananku. Kalau tak ada, aku bergelantungan saja. Aku memiliki kepala yang berbentuk kerucut. Moncongku lancip dan kecil, dan di dalamnya tak ada gigi sama sekali. Aku memang ompong.Tapi bagiku tak ada masalah untuk makan. Aku punya lidah yang bisa kujulurkan hingga 25 cm.

Dongeng Anak Aku, Si Trenggiling

Lidah ini kupakai untuk mengisap semut. Begitu semut-semut menempel di lidahku, langsung saja kutelan tanpa kukunyah. Semut-semut itu masuk ke dalam perut, lalu digiling oleh gigi yang ada di dinding perut. Pasir dan kerikil yang tak sengaja aku telan ikut membantu proses pencernaan ini. Aku termasuk binatang malam. Malam hari aku keluar mencari sarang semut. Siang hari kerjaku cuma tidur. Dalam gelap, aku melangkah. Penciumanku yang tajam membantuku mencari sarang semut dengan mudah. Aku memiliki tubuh bersisik. Sisik itu amat sangat keras, terbuat dari bahan yang sama dengan bahan yang terdapat pada kuku dan tanduk makhluk lain. Sisik-sisik itu tersusun rapi seperti genteng. Di antara sisik-sisik itu ada rambut pendek dan kaku. Bagian perut, tenggorokan, dan wajahku tak memiliki sisik. Anjing hutan dan macan loreng adalah musuh-musuhku. Bila mereka datang, dengan cepat aku menggulung tubuhku seperti bola untuk melindungi diri. Amanlah aku. Musuhku tak bisa menggigitku. Sisik-sisik pada tubuhku bak ‘baju besi’ yang melindungiku. Terima kasih, Tuhan, atas ‘baju besi’ yang telah Engkau berikan padaku!

Dongeng Anak: Ayo, Dido!


Dido adalah seekor gajah. Ia tinggal di kebun binatang. Dido mempunyai banyak teman dan sangat suka membuat orang gembira. Suatu sore, saat Dido baru saja selesai makan, terjadilah keributan di depan kandangnya. “Suara apa itu?” gumam penjaga kebun binatang heran. “Aku akan melihatnya!” gumamnya lagi sambil berlalu. Dido adalah seekor gajah yang selalu ingin tahu. Maka, diam-diam diikutinyalah si penjaga. Di luar tampak orang berkerumun. Dido mendengar seseorang berkata, “Oh, mereka semua akan kelaparan!” Dido mendekati kerumunan. Ia melihat mobil pengangkut makanan para binatang mogok.

Dongeng Anak: Ayo, Dido!

Dua ban belakangnya pecah. Dido cemas seketika. Cepat ia berpikir keras. Akhirnya ia mendapat akal. Dido mendekati mobil. Kaki depannya diturunkan. Belalainya dililitkan pada as roda belakang. “Ayo, Dido!” seru penjaga kebun binatang gembira. Orang-orang yang berkerumun lalu ikut memberi semangat. “Gajah hebat! Ayo, angkat!” teriak mereka. Dido mengangkat bagian belakang mobil. Kemudian sekuat tenaga didorongnya mobil itu seperti mendorong sebuah gerobak. Orang-orang bertepuk tangan senang. Penjaga kebun binatang merasa bangga sekali memiliki Dido. Akhirnya, semua binatang mendapatkan makanan mereka. Untuk Dido, tentu saja ada makanan tambahan! Wow, senangnya!