Monday, July 4, 2011

Dongeng Anak: Dido dan Si Ayam Jago dan Dokter Nyitnyit

Dongeng Anak: Dido dan Si Ayam Jago

Dido, si kalkun, adalah raja di peternakan itu. Bila ada binatang lain mendekatinya, ia akan marah sekali. Dengan sayap dikembangkan lebar-lebar, jengger dan ekor ditinggikan, ia menakuti binatangbinatang itu. Kalau sudah melihat Dido begitu, binatang-binatang itu cepat menjauhinya. Mereka takut terkena hajarannya. Suatu hari, pemilik peternakan membeli seekor ayam jago. Tubuh ayam itu kecil, tapi tampak kekar dan kuat. Melihat keberadaannya di peternakan itu, Dido terlihat tak suka. Saat ayam jago itu tengah mengais-ngais tanah, penuh marah ia mendatanginya. Sayapnya dikembangkan lebar-lebar. Jengger dan ekornya dinaikkan. Si ayam jago tak takut. Penuh waspada ia terus mengais tanah. Tiba-tiba Dido menerjangnya sekuat tenaga. Dengan gesit ayam jago itu menghindar. Terjangan Dido luput. 

Dongeng Anak: Dido dan Si Ayam Jago

Ia lalu kembali menerjang, lalu sekali lagi menerjang. Akan tetapi, kembali dan kembali si ayam jago bisa menghindar. Akhirnya ayam jago itu kesal. Ketika Dido kembali menerjangnya, ayam jago itu tak menghindar. Ia balas menerjang. Buk! Ayam jago itu menghantam keras kepala Dido. Dido terjungkal. Lama ia diam tak bergerak. Lalu dengan terhuyunghuyung ia bangkit. “Ku-ku-ru-yuk!” Si ayam jago berkokok nyaring. Melihat itu Dido ketakutan. Cepat ia pergi menjauhi ayam itu. Ayam jago kemudian menjadi raja baru di peternakan itu. Bila ia berkokok, seketika Dido gemetar takut. Ia tak berani dekat-dekat dengannya. Ia juga tak berani sok lagi pada binatang-binatang lain di peternakan itu.


Dongeng Anak: Dokter Nyitnyit

Nyitnyit Kera adalah dokter gigi. Ia membuka klinik di Hutan Wauwau. Seluruh binatang penghuni hutan itu menyambut gembira. Kini mereka tak perlu lagi ke hutan lain untuk memeriksakan persoalan gigi mereka. Nyitnyit Kera amat periang. Ia menerima pasien-pasiennya dengan ramah. Ia mencabut gigi tanpa pasien merasa sakit. Dinasihatinya para pasien untuk menjaga kesehatan gigi. “Gosoklah gigi dengan teratur,” katanya pada para pasien. “Jangan banyak makan makanan manis.” Dua hari yang lalu Wangwang Beruang sakit gigi. Ia datang ke Dokter Nyitnyit. Ucap Dokter Nyitnyit usai memeriksanya, “Satu gigi Saudara busuk. Harus dicabut. Setelah itu Saudara tak akan sakit gigi lagi.” Wangwang Beruang ngeri mendengar itu. Ia gemetar, membayangkan betapa sakitnya giginya dicabut. Berkat nasihat teman yang mengantarnya, Wangwang akhirnya mau giginya dicabut. Dokter Nyitnyit pun beraksi. Gusi tempat gigi yang akan dicabut disuntik kebal. Katanya pada Wangwang, “Saudara tidak akan merasa sakit sedikit pun saat gigi Saudara dicabut.” Dokter Nyitnyit mencabut gigi Wangwang Beruang. Wangwang Beruang tak merasa sakit. 

Dongeng Anak: Dokter Nyitnyit

Namun, ia menjerit keras sekali dan baru berhenti saat Nyitnyit Kera menunjukkan gigi yang telah dicabutnya padanya. “Berapa bayarnya, Pak?” tanya Wangwang Beruang. “Empat puluh lima ribu.” “Bukan lima belas ribu, Pak?” “Biasanya memang segitu. Tetapi untuk Saudara lain,” ucap Dokter Nyitnyit. “Saudara tahu? Tadi, saat Saudara menjerit, dua pasien saya kabur ketakutan. Jadi kelebihan tiga puluh ribu untuk mengganti kerugian saya, karena kehilangan kedua pasien itu.” Mendengar penjelasan itu, para pasien yang tengah menunggu giliran seketika tertawa terpingkal-pingkal. Wangwang Beruang tersenyum kecut. Dokter Nyitnyit kemudian memintanya membayar lima belas ribu saja seperti biasa. Suatu hari, Pak Macan datang ke klinik Nyitnyit Kera. Dokter Nyitnyit lalu memeriksa giginya. Serunya, “Ada lubang… lubang… lubang… di gigi Bapak!” “Mengapa Bapak mengucapkan lubang berulang-ulang?” tanya Pak Macan. “Lho, hanya sekali, kok,” sahut Dokter Nyitnyit. “Apa yang Bapak dengar berulang-ulang itu adalah suara gema yang disebabkan oleh adanya lubang di gigi Bapak.” Begitulah Dokter Nyitnyit. Ia selalu memperlakukan para pasien dengan penuh ramah dan penuh canda. Semua suka padanya. Kian hari pasiennya kian banyak. Tak hanya penghuni Hutan Wauwau yang memeriksakan persoalan gigi mereka padanya, tetapi juga penghuni hutan-hutan lain.

Dongeng Anak: Dido dan Si Ayam Jago dan Dokter Nyitnyit