Friday, September 2, 2011

Dongeng Anak: Burung Kecil di Depan Jendela dan Cerita yang Tak Sampai Pada Raja

Dongeng Anak: Burung Kecil di Depan Jendela

Kulihat seekor burung kecil di depan jendela kamarku. Burung itu melompat-lompat penuh riang. Kudekati jendela untuk mengatakan ‘apa kabar?’ pada burung itu. Tapi, werrr! Burung itu terbang menjauh. Aku memerhatikan penuh kecewa.

Dongeng Anak: Burung Kecil di Depan Jendela

Dongeng Anak: Cerita yang Tak Sampai Pada Raja

Pagi baru saja muncul. Sinar mentari yang hangat menyinari bumi. Seekor anak itik berjalan tergesa-gesa di sebuah jalan setapak menuju pasar. Ia diperintah ibunya untuk berberlanja. Anak itik itu belum punya banyak pengalaman. Sebuah melinjo tiba-tiba jatuh dan menimpa kepalanya. “Aduh!” seru Anak Itik itu. “Langit runtuh, dan menimpa kepalaku!” Anak itik itu ketakutan. “Aku harus melaporkan hal ini kepada Raja!” Anak itik itu mempercepat langkahnya. Belum jauh ia bersua dengan seekor ayam betina yang hendak bertelur. “Bu Ayam, Bu Ayam!” kata Anak Itik. “Langit runtuh! Mari kita laporkan kepada Raja!” “Langit runtuh?!” tukas Ayam Betina. “Ya!” jawab Anak Itik. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku!” “Jika begitu, mari kita laporkan kepada Raja,” kata Ayam Betina. Anak Itik dan Ayam Betina melangkah beriringan. Anak Itik di depan. Ayam Betina di belakang. Keduanya bertemu dengan seekor itik betina. “Bu Itik, langit runtuh!” Ayam Betina memberi tahu. “Ya!” timpal Anak Itik. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku! 

Dongeng Anak Cerita yang Tak Sampai Pada Raja

Kita harus cepat melaporkan hal ini kepada Raja!” “Aku ikut,” ucap Itik Betina. Anak Itik, Ayam Betina, dan Itik Betina melangkah bersama. Tak lama, mereka bertemu seekor ayam jantan yang tengah mengais tanah mencari makanan. “Pak Ayam, langit runtuh!” seru Itik Betina pada ayam itu. “Ya!” kata Ayam Betina. “Benar sekali, Pak Ayam!” Anak Itik menambahkan. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku! Kita harus cepat melaporkannya kepada Raja!” “Aku ikut,” kata Ayam Jantan. Anak Itik, Ayam Betina, Itik Betina, dan Ayam Jantan berjalan beriringan. Belum terlalu jauh keempatnya bersua dengan seekor itik jantan. “Langit runtuh, Pak Itik!” Ayam Jantan memberi tahu. “Betul,” kata Itik Betina. “Bu Ayam yang mengatakan padaku.” “Ya,” sahut Bu Ayam. “Aku diberi tahu anak itik ini. Langit runtuh dan menimpa kepalanya!” “Begitulah, Pak Itik,” Anak Itik menimpali. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku! Saat ini kami tengah menuju istana untuk melaporkan kejadian ini kepada Raja. Kau mau ikut?” “Tentu,” sahut Itik Jantan. “Langit runtuh. Dunia pasti akan kiamat. Kabar ini h a r u s secepatnya sampai pada Raja!” Keenamnya segera melangkah beriringan. Mereka bertemu dengan seekor angsa jantan. “Langit runtuh, Pak Angsa!” seru Itik Jantan. “Kami sedang menuju istana untuk memberi laporan pada Raja!” “Langit runtuh!” tukas Angsa Jantan. “Kata siapa?” “Kata Ayam Jantan,” jawab Itik Jantan. Ayam Jantan lalu memberi tahu kalau ia pun diberi tahu Itik Betina. Itik Betina lalu menunjuk Ayam Betina, dan Ayam Betina menunjuk Anak Itik. “Sungguh!” kata Anak Itik. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku! Kami kini tengah menuju istana. 

Raja harus segera tahu!” Angsa Jantan pun lalu ikut menuju istana. Binatang-binatang itu lalu bertemu seekor angsa betina. “Bu Angsa, langit runtuh!” Angsa Jantan memberi tahu. “Kami sedang dalam perjalanan menuju istana untuk melaporkan hal ini kepada Raja. Raja harus segera tahu!” “Aku ikut,” cetus Angsa Betina. Binatang-binatang itu melangkah beriringan. Tiba-tiba satu suara menyapa, “Selamat pagi, Kawan semua!” Binatang-binatang itu sangat terkejut. Mereka mendapati di depan mereka berdiri seekor serigala yang sangat buas. “Aku sangat lapar,” serigala itu berkata. “Sudah seminggu aku tidak memakan daging segar. Kalian akan kumakan satu per satu.” Serigala itu menjulurkan lidahnya. “Jangan!” seru Angsa Betina. “Langit runtuh. Dunia akan kiamat! Kami sedang menuju istana untuk menyampaikan hal ini pada Raja!” “Aku yang akan menyampaikan,” kata Serigala. Lalu dimakannya Angsa Betina. Dimakannya Angsa Jantan, Itik Jantan, Ayam Jantan, Itik Betina, Ayam Betina, dan terakhir Anak Itik. “Binatang-binatang bodoh!” seru Serigala gembira. “Semua mengantarkan diri untuk jadi santapanku! Dasar bodoh! Hahaha! Langit tak pernah runtuh!” Serigala itu melangkah gontai. Ia sangat kenyang. Tak disadarinya bahaya yang sedang mengintainya. Seorang pemburu membidikkan senapannya ke arahnya. Dor! Serigala itu terkulai. Si Pemburu sangat senang. Kini tiada lagi yang membahayakan ternak penduduk. Serigala jahat itu telah mati. Begitulah. Akhirnya, cerita langit runtuh tak pernah sampai pada Raja. D a n , langit memang tidak pernah runtuh.