Friday, November 11, 2011

Dongeng Anak: Dua Putra Raja

Dongeng Anak: Dua Putra Raja

Raja Tua Kroda sangat bingung. Pasalnya, dia belum juga bisa memutuskan siapa yang bakal menggantikannya sebagai raja di Kerajaan Kroda. Pangeran Sulung, ataukah Pangeran Bungsu? Akhirnya Raja Tua Kroda mengambil jalan: dia akan menguji kedua putranya itu. Maka, suatu hari dia berkata pada Pangeran Sulung, “Anakku, aku akan menugaskanmu untuk melihat-lihat keadaan negeri kita. Berangkatlah besok. Ini sekantong uang emas sebagai bekalmu.” Pangeran Sulung pun berangkat keesokannya. Dia menaiki kuda kesayangannya. Saat melewati pinggir hutan, Pangeran Sulung melihat seekor rusa yang terjebak dalam sebuah perangkap. Pangeran Sulung merasa kasihan. Dibebaskannya rusa itu. 

Dongeng Anak: Dua Putra Raja

Seorang lelaki tua lalu muncul. “Anak muda,” ucapnya, “kau sungguh telah melakukan kesalahan besar dengan melepas rusa itu. Binatang itu punyaku. Telah berhari-hari aku memburunya. Kau telah membuatku rugi. Kau harus menggantinya. Jika tidak bersedia, terpaksa aku akan melaporkanmu kepada Raja.” Pangeran Sulung tak ingin persoalan itu dibawa ke hadapan Raja. Maka dia pun berkata, “Ini sekantong uang emas untuk mengganti kerugian itu.” Si Lelaki Tua mengambilnya, lalu pergi. Dengan lesu Pangeran Sulung meneruskan perjalanan. Belum juga jauh, seorang lelaki brewok tiba-tiba menghadangnya. “Berhentilah kau, Anak Muda. Akhirnya kau kutemukan juga,” katanya. “Cepat kembalikan kuda yang kau curi itu. Jika tidak, aku akan melaporkanmu kepada Raja.” Pangeran Sulung ketakutan. 

Maka diberikannyalah kudanya pada si Brewok. Si Brewok segera meninggalkan tempat itu. Pangeran Sulung amat bingung. Kini dia tak punya uang. Begitu pula dengan kuda tunggangannya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali saja. Raja Tua Kroda yang kemudian mendengar ceritanya tak berkomentar apa-apa. Raja Tua Kroda kemudian memanggil Pangeran Bungsu. Lalu katanya, “Anakku, kini aku menugaskanmu untuk melihat-lihat keadaan negeri kita. Berangkatlah besok. Dan ini, sekantong uang emas sebagai bekalmu.” Keesokannya, dengan menaiki kudanya, Pangeran Bungsu berangkat. Saat melewati pinggir hutan, matanya melihat seekor rusa yang kena perangkap. Pangeran Bungsu merasa kasihan. Dibebaskannya rusa itu. Seorang lelaki tua lalu muncul dan berkata, “Anak muda, kau telah melakukan kesalahan yang amat besar dengan melepas rusa itu. Rusa itu punyaku. Telah berhari hari aku memburunya. Kau telah membuatku rugi. Kau harus menggantinya. Jika tidak, terpaksa aku akan melaporkanmu kepada Raja.” “Hahaha!” Pangeran Bungsu tertawa. “Akhirnya ketahuan juga,” katanya. “Ternyata Bapaklah orang yang selama ini menangkapi rusa-rusa di hutan ini. Bapak telah melawan peraturan Raja, yang melarang berburu rusa di sini. Sekarang Bapak akan saya bawa ke depan Raja.” Lelaki tua itu ketakutan. 

Dia tidak ingin dibawa ke hadapan raja. Katanya, “Anak muda, ambillah kantong berisi uang emas ini. Setelah itu, bebaskanlah aku. Jangan kau menghadapkanku kepada Raja.” Pangeran Bungsu menerimanya. Lalu diteruskannya perjalanan. Belum begitu jauh, seorang lelaki brewok tiba-tiba menghadangnya. Seru orang itu, “Akhirnya kutemukan juga kau, pencuri kuda! Kembalikan kuda itu! Atau kau ingin aku melaporkanmu kepada Raja?” Pangeran Bungsu tak takut. Tersenyum dia berkata, “Rupanya Bapak pemilik kuda ini. Sudah lama saya mencari. Bukan untuk mengembalikan kuda ini, tetapi untuk melaporkan Bapak kepada Raja atas perlakuan kejam Bapak terhadap kuda ini. Kuda ini datang kepada saya dan menceritakan kekejaman Bapak padanya. Tenaganya diperas, diberi pekerjaan-pekerjaan yang berat, tetapi tak pernah diberi cukup makan. Tubuhnya yang kian kurus, lemah, serta tidak terurus tak diperhatikan. Bapak amat jahat. Ayo, ikut ke istana!” Si Brewok amat takut. Dengan tubuh gemetar dia berkata, “Anak muda, jangan bawa aku ke hadapan Raja. Ini sekantong uang emas untukmu.” Pangeran Bungsu mengambilnya. Lalu dia melanjutkan perjalanan. Setelah puas melihat-lihat keadaan negerinya, Pangeran Bungsu cepat kembali ke istana. Diceritakannya semua yang telah dialaminya pada ayahnya. Raja Tua Kroda tampak senang. Dia lalu mengatakan bahwa si Lelaki Tua dan si Brewok adalah orang-orang suruhannya. Setelah itu dia memutuskan: Pangeran Bungsu lah penggantinya. Dan keputusan itu memang tepat. Di bawah pemerintahan Pangeran Bungsu yang pintar dan cerdik, Kerajaan Kroda kemudian menjadi negeri yang besar, makmur, dan disegani.

Dongeng Anak: Dua Putra Raja

Thursday, November 3, 2011

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek dan Burung Gagak dan Burung Merak

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek

Sekolah sedang libur panjang. Andi berlibur di rumah Kakek di desa. Sudah tiga hari dia di situ. Penuh suka cita dia membantu Kakek bekerja di kebun. Memakai topi pandan tuanya, Kakek giat berkebun. Kata Nenek, topi itu seharusnya dibuang saja. Habis sudah jelek sekali. Banyak bolong-bolong di sana-sini. “Tidak. Topi ini masih enak dipakai. Aku sangat menyukainya,” kata Kakek menolak ucapan Nenek. Matahari beranjak tinggi. Sinarnya mulai terasa menyengat panas. Kakek berhenti mencangkul. Dia mendatangi pohon mangga di tepi kebun. Dilepasnya topi. Diletakkannya di satu cabang pohon itu. Kakek lalu duduk bersandar di batang pohon itu melepas lelah. Setelah lelahnya lenyap, dia kembali mencangkul. “Hei, berhentilah! Ayo, makan dulu!” Nenek memanggil dari rumah. Kakek dan Andi cepat datang. Keduanya lalu lahap menikmati hidangan. Seusai itu Kakek ingat akan topinya.

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek

Disuruhnya Andi mengambil topi itu. Andi melakukan. Tak lama dia telah kembali. “Kakek, Kakek, wah, topi Kakek telah penuh dengan rumput kering!” katanya. Bersama Andi, Kakek cepat mendatangi pohon mangga di mana dia meletakkan topi itu. Setibanya di sana, mereka menemukan seekor burung murai tengah membuat sarang di topi itu. “Sssst!” ucap Kakek. “Yuk, kita pergi dari sini! Biarkan saja burung itu bersarang di situ.” Beberapa hari kemudian Kakek, Nenek, dan Andi melihat topi itu. Di dalamnya sudah ada lima butir telur. “Hihihi!” Nenek tertawa. “Topi itu memang cocok untuk sarang burung!” “Ya, ya, Nenek benar!” timpal Andi. “Huh!” dengus Kakek. “Hihihi!” “Hahaha!” Nenek dan Andi terpingkal-pingkal. Kakek tersenyum kecut.

Dongeng Anak: Burung Gagak dan Burung Merak

Dulu, setelah dunia selesai diciptakan, burung gagak dan burung merak adalah dua sahabat yang rukun. Ketika itu warna bulu gagak tidak hitam seperti sekarang dan warna bulu merak tidaklah seindah kini. Meskipun kedua burung itu bersahabat, mereka memiliki tabiat yang sangat berbeda. Merak selalu kelihatan rapi, sedangkan Gagak tampak begitu jorok. Gagak amat jarang membersihkan tubuhnya dan makanannya pun apa saja. Merak rajin sekali membersihkan tubuhnya setiap hari dan hanya makan buah serta sayur yang segar-segar. Merak selalu menjaga kebersihan sarangnya, tetapi Gagak tak peduli dengan sarangnya yang penuh dengan sampah. Suatu hari, Gagak dan Merak bercakap-cakap di tepi sungai. “Sungguh membanggakan bila bulu yang kita miliki warnanya indah,” kata Merak. “Tidakkah kau bosan dengan warna bulumu yang hanya putih itu?” “Ya, sungguh membosankan,” sahut Gagak. “Bagaimana kalau kita mencari bahan pewarna? Mula-mula aku mengecat bulu-bulumu, kemudian kau mengecatku. Bagaimana?” Merak setuju. Setelah berhasil mengumpulkan bahan pewarna, mulailah Gagak mengecat bulu-bulu Merak.

Dongeng Anak: Burung Gagak dan Burung Merak

Merak yang selalu tampak rapi memberitahukan warna apa saja yang harus digunakan. Gagak mengecat Merak dengan warna-warna yang sangat indah. “Sekarang giliranku mewarnaimu,” kata Merak. Maka, mulailah ia mengecat Gagak. Gagak merasa perutnya lapar. Dan ketika melihat bangkai seekor tikus terapung di sungai, ia tidak mau berlama-lama. “Gunakan saja satu warna!” suruhnya. “Aku tak mau kehilangan makananku.” “Sabar, Teman,” timpal Merak. “Bukankah kau menginginkan warna bulumu indah?” “Aku tak peduli!” sahut Gagak. “Aku tak mau kelaparan! Warnai saja buluku dengan warna hitam!” Merak melakukannya. Setelah selesai, Gagak melesat terbang untuk menyantap bangkai tikus. Sejak saat itu, bulu burung merak berwarna indah dan bulu burung gagak berwarna hitam.