Dongeng Anak: Aku, Si Trenggiling
Aku ada di India, Cina, Srilanka, dan
Asia Tenggara.
Aku hidup di hutan lebat
dan semak belukar.
Trenggiling Jawa sepertiku
beratnya 27 kg, dengan
panjang 30-88 cm.
Ekorku amat kuat dan
panjangnya hampir sama
dengan tubuhku.
Ibu-ibu trenggiling mengandung
anaknya selama 3 bulan.
Seperti binatang menyusui
lainnya, mereka akan
menyusui anaknya.
Si anak setiap hari
digendongnya.
Anak itu berpegangan erat
pada ekor si ibu agar tidak jatuh.
Bila ada bahaya,
ibu itu akan memeluk anaknya
dalam gulungan tubuhnya.Aku suka memanjat pohon
untuk mencari semut,
makananku.
Kalau tak ada,
aku bergelantungan saja.
Aku memiliki kepala yang
berbentuk kerucut.
Moncongku lancip
dan kecil,
dan di dalamnya
tak ada gigi sama sekali.
Aku memang ompong.Tapi bagiku tak ada
masalah untuk makan.
Aku punya lidah
yang bisa kujulurkan
hingga 25 cm.
Dongeng Anak Aku, Si Trenggiling
Lidah ini kupakai
untuk mengisap semut.
Begitu semut-semut menempel di lidahku,
langsung saja kutelan tanpa kukunyah.
Semut-semut itu masuk ke dalam perut,
lalu digiling oleh gigi
yang ada di dinding perut.
Pasir dan kerikil
yang tak sengaja aku telan
ikut membantu proses pencernaan ini.
Aku termasuk binatang malam.
Malam hari aku keluar
mencari sarang semut.
Siang hari kerjaku
cuma tidur.
Dalam gelap, aku melangkah.
Penciumanku yang tajam
membantuku mencari
sarang semut dengan mudah.
Aku memiliki tubuh bersisik.
Sisik itu amat sangat keras,
terbuat dari bahan
yang sama dengan bahan yang terdapat
pada kuku dan tanduk makhluk lain.
Sisik-sisik itu tersusun rapi
seperti genteng.
Di antara sisik-sisik itu
ada rambut pendek dan kaku.
Bagian perut, tenggorokan,
dan wajahku
tak memiliki sisik.
Anjing hutan dan macan loreng
adalah musuh-musuhku.
Bila mereka datang,
dengan cepat aku
menggulung tubuhku seperti
bola untuk melindungi diri.
Amanlah aku.
Musuhku tak bisa menggigitku.
Sisik-sisik pada tubuhku
bak ‘baju besi’
yang melindungiku.
Terima kasih, Tuhan,
atas ‘baju besi’
yang telah Engkau berikan
padaku!
Dido adalah seekor gajah. Ia tinggal di kebun binatang. Dido mempunyai banyak teman dan sangat suka membuat orang gembira. Suatu sore, saat Dido baru saja selesai makan, terjadilah keributan di depan kandangnya. “Suara apa itu?” gumam penjaga kebun binatang heran. “Aku akan melihatnya!” gumamnya lagi sambil berlalu. Dido adalah seekor gajah yang selalu ingin tahu. Maka, diam-diam diikutinyalah si penjaga. Di luar tampak orang berkerumun. Dido mendengar seseorang berkata, “Oh, mereka semua akan kelaparan!” Dido mendekati kerumunan. Ia melihat mobil pengangkut makanan para binatang mogok.
Dongeng Anak: Ayo, Dido!
Dido adalah seekor gajah. Ia tinggal di kebun binatang. Dido mempunyai banyak teman dan sangat suka membuat orang gembira. Suatu sore, saat Dido baru saja selesai makan, terjadilah keributan di depan kandangnya. “Suara apa itu?” gumam penjaga kebun binatang heran. “Aku akan melihatnya!” gumamnya lagi sambil berlalu. Dido adalah seekor gajah yang selalu ingin tahu. Maka, diam-diam diikutinyalah si penjaga. Di luar tampak orang berkerumun. Dido mendengar seseorang berkata, “Oh, mereka semua akan kelaparan!” Dido mendekati kerumunan. Ia melihat mobil pengangkut makanan para binatang mogok.
Dongeng Anak: Ayo, Dido!
Dua ban belakangnya pecah. Dido cemas seketika. Cepat
ia berpikir keras. Akhirnya ia mendapat akal. Dido mendekati mobil. Kaki
depannya diturunkan. Belalainya dililitkan pada as roda belakang.
“Ayo, Dido!” seru penjaga kebun binatang gembira. Orang-orang yang
berkerumun lalu ikut memberi semangat.
“Gajah hebat! Ayo, angkat!” teriak mereka. Dido mengangkat bagian
belakang mobil. Kemudian sekuat tenaga didorongnya mobil itu seperti
mendorong sebuah gerobak.
Orang-orang bertepuk tangan senang. Penjaga kebun binatang merasa
bangga sekali memiliki Dido. Akhirnya, semua binatang mendapatkan
makanan mereka. Untuk Dido, tentu saja ada makanan tambahan! Wow,
senangnya!