Dongeng Anak: Burung Kecil di Depan Jendela
Kulihat seekor burung kecil
di depan jendela kamarku.
Burung itu
melompat-lompat
penuh riang.
Kudekati jendela untuk
mengatakan
‘apa kabar?’
pada burung itu.
Tapi, werrr! Burung itu terbang
menjauh.
Aku memerhatikan
penuh kecewa.
Dongeng Anak: Burung Kecil di Depan Jendela
Dongeng Anak: Cerita yang Tak Sampai Pada Raja
Pagi baru saja muncul. Sinar mentari yang hangat menyinari bumi.
Seekor anak itik berjalan tergesa-gesa di sebuah jalan setapak menuju
pasar. Ia diperintah ibunya untuk berberlanja. Anak itik itu belum
punya banyak pengalaman. Sebuah melinjo tiba-tiba jatuh dan menimpa
kepalanya.
“Aduh!” seru Anak Itik itu. “Langit runtuh, dan menimpa kepalaku!” Anak
itik itu ketakutan. “Aku harus melaporkan hal ini kepada Raja!” Anak itik itu
mempercepat langkahnya. Belum jauh ia bersua dengan seekor ayam betina
yang hendak bertelur. “Bu Ayam, Bu Ayam!” kata Anak Itik. “Langit runtuh!
Mari kita laporkan kepada Raja!”
“Langit runtuh?!” tukas Ayam Betina.
“Ya!” jawab Anak Itik. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku!”
“Jika begitu, mari kita laporkan kepada Raja,” kata Ayam Betina.
Anak Itik dan Ayam Betina melangkah beriringan. Anak Itik di depan.
Ayam Betina di belakang. Keduanya bertemu dengan seekor itik betina. “Bu
Itik, langit runtuh!” Ayam Betina memberi tahu.
“Ya!” timpal Anak Itik. “Langit runtuh dan menimpa kepalaku!
Dongeng Anak Cerita yang Tak Sampai Pada Raja
Kita harus
cepat melaporkan hal ini kepada Raja!”
“Aku ikut,” ucap Itik Betina.
Anak Itik, Ayam Betina, dan Itik Betina melangkah bersama. Tak lama,
mereka bertemu seekor ayam jantan yang tengah mengais tanah mencari
makanan. “Pak Ayam, langit runtuh!” seru Itik Betina pada ayam itu.
“Ya!” kata Ayam Betina.
“Benar sekali, Pak Ayam!” Anak Itik menambahkan.
“Langit runtuh dan menimpa kepalaku! Kita harus cepat melaporkannya
kepada Raja!” “Aku ikut,” kata Ayam Jantan.
Anak Itik, Ayam Betina, Itik Betina, dan Ayam Jantan berjalan beriringan.
Belum terlalu jauh keempatnya bersua dengan seekor itik jantan. “Langit
runtuh, Pak Itik!” Ayam Jantan memberi tahu.
“Betul,” kata Itik Betina. “Bu Ayam yang mengatakan padaku.”
“Ya,” sahut Bu Ayam. “Aku diberi tahu anak itik ini. Langit runtuh dan
menimpa kepalanya!”
“Begitulah, Pak Itik,” Anak Itik menimpali.
“Langit runtuh dan menimpa kepalaku! Saat ini kami
tengah menuju istana untuk melaporkan
kejadian ini kepada Raja. Kau mau ikut?”
“Tentu,” sahut Itik Jantan. “Langit
runtuh. Dunia pasti akan kiamat. Kabar ini h a r u s
secepatnya sampai pada Raja!”
Keenamnya segera melangkah beriringan. Mereka
bertemu dengan seekor angsa jantan. “Langit runtuh,
Pak Angsa!” seru Itik Jantan. “Kami sedang menuju istana untuk
memberi laporan pada Raja!”
“Langit runtuh!” tukas Angsa Jantan. “Kata siapa?”
“Kata Ayam Jantan,” jawab Itik Jantan. Ayam Jantan
lalu memberi tahu kalau ia pun diberi tahu Itik Betina.
Itik Betina lalu menunjuk Ayam Betina, dan Ayam Betina
menunjuk Anak Itik.
“Sungguh!” kata Anak Itik. “Langit runtuh dan
menimpa kepalaku! Kami kini tengah menuju
istana.
Raja harus segera tahu!”
Angsa Jantan pun lalu ikut menuju
istana. Binatang-binatang itu lalu
bertemu seekor angsa betina. “Bu Angsa,
langit runtuh!” Angsa Jantan memberi tahu. “Kami sedang dalam perjalanan menuju istana untuk melaporkan hal ini
kepada Raja. Raja harus segera tahu!”
“Aku ikut,” cetus Angsa Betina.
Binatang-binatang itu melangkah beriringan. Tiba-tiba satu suara
menyapa, “Selamat pagi, Kawan semua!” Binatang-binatang itu sangat
terkejut. Mereka mendapati di depan mereka berdiri seekor serigala yang
sangat buas. “Aku sangat lapar,” serigala itu berkata. “Sudah seminggu aku
tidak memakan daging segar. Kalian akan kumakan satu per satu.” Serigala itu
menjulurkan lidahnya.
“Jangan!” seru Angsa Betina. “Langit runtuh. Dunia akan kiamat! Kami
sedang menuju istana untuk menyampaikan hal ini pada Raja!”
“Aku yang akan menyampaikan,” kata Serigala. Lalu dimakannya
Angsa Betina. Dimakannya Angsa Jantan, Itik Jantan, Ayam Jantan,
Itik Betina, Ayam Betina, dan terakhir Anak Itik. “Binatang-binatang
bodoh!” seru Serigala gembira. “Semua mengantarkan diri untuk jadi
santapanku! Dasar bodoh! Hahaha! Langit tak pernah runtuh!”
Serigala itu melangkah gontai. Ia sangat kenyang. Tak disadarinya bahaya
yang sedang mengintainya. Seorang pemburu membidikkan senapannya
ke arahnya. Dor! Serigala itu terkulai. Si Pemburu sangat senang. Kini tiada
lagi yang membahayakan ternak penduduk. Serigala jahat itu telah mati.
Begitulah. Akhirnya, cerita langit runtuh tak pernah sampai pada Raja.
D a n , langit memang tidak pernah runtuh.