Thursday, November 3, 2011

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek dan Burung Gagak dan Burung Merak

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek

Sekolah sedang libur panjang. Andi berlibur di rumah Kakek di desa. Sudah tiga hari dia di situ. Penuh suka cita dia membantu Kakek bekerja di kebun. Memakai topi pandan tuanya, Kakek giat berkebun. Kata Nenek, topi itu seharusnya dibuang saja. Habis sudah jelek sekali. Banyak bolong-bolong di sana-sini. “Tidak. Topi ini masih enak dipakai. Aku sangat menyukainya,” kata Kakek menolak ucapan Nenek. Matahari beranjak tinggi. Sinarnya mulai terasa menyengat panas. Kakek berhenti mencangkul. Dia mendatangi pohon mangga di tepi kebun. Dilepasnya topi. Diletakkannya di satu cabang pohon itu. Kakek lalu duduk bersandar di batang pohon itu melepas lelah. Setelah lelahnya lenyap, dia kembali mencangkul. “Hei, berhentilah! Ayo, makan dulu!” Nenek memanggil dari rumah. Kakek dan Andi cepat datang. Keduanya lalu lahap menikmati hidangan. Seusai itu Kakek ingat akan topinya.

Dongeng Anak: Burung Itu Bersarang di Topi Kakek

Disuruhnya Andi mengambil topi itu. Andi melakukan. Tak lama dia telah kembali. “Kakek, Kakek, wah, topi Kakek telah penuh dengan rumput kering!” katanya. Bersama Andi, Kakek cepat mendatangi pohon mangga di mana dia meletakkan topi itu. Setibanya di sana, mereka menemukan seekor burung murai tengah membuat sarang di topi itu. “Sssst!” ucap Kakek. “Yuk, kita pergi dari sini! Biarkan saja burung itu bersarang di situ.” Beberapa hari kemudian Kakek, Nenek, dan Andi melihat topi itu. Di dalamnya sudah ada lima butir telur. “Hihihi!” Nenek tertawa. “Topi itu memang cocok untuk sarang burung!” “Ya, ya, Nenek benar!” timpal Andi. “Huh!” dengus Kakek. “Hihihi!” “Hahaha!” Nenek dan Andi terpingkal-pingkal. Kakek tersenyum kecut.

Dongeng Anak: Burung Gagak dan Burung Merak

Dulu, setelah dunia selesai diciptakan, burung gagak dan burung merak adalah dua sahabat yang rukun. Ketika itu warna bulu gagak tidak hitam seperti sekarang dan warna bulu merak tidaklah seindah kini. Meskipun kedua burung itu bersahabat, mereka memiliki tabiat yang sangat berbeda. Merak selalu kelihatan rapi, sedangkan Gagak tampak begitu jorok. Gagak amat jarang membersihkan tubuhnya dan makanannya pun apa saja. Merak rajin sekali membersihkan tubuhnya setiap hari dan hanya makan buah serta sayur yang segar-segar. Merak selalu menjaga kebersihan sarangnya, tetapi Gagak tak peduli dengan sarangnya yang penuh dengan sampah. Suatu hari, Gagak dan Merak bercakap-cakap di tepi sungai. “Sungguh membanggakan bila bulu yang kita miliki warnanya indah,” kata Merak. “Tidakkah kau bosan dengan warna bulumu yang hanya putih itu?” “Ya, sungguh membosankan,” sahut Gagak. “Bagaimana kalau kita mencari bahan pewarna? Mula-mula aku mengecat bulu-bulumu, kemudian kau mengecatku. Bagaimana?” Merak setuju. Setelah berhasil mengumpulkan bahan pewarna, mulailah Gagak mengecat bulu-bulu Merak.

Dongeng Anak: Burung Gagak dan Burung Merak

Merak yang selalu tampak rapi memberitahukan warna apa saja yang harus digunakan. Gagak mengecat Merak dengan warna-warna yang sangat indah. “Sekarang giliranku mewarnaimu,” kata Merak. Maka, mulailah ia mengecat Gagak. Gagak merasa perutnya lapar. Dan ketika melihat bangkai seekor tikus terapung di sungai, ia tidak mau berlama-lama. “Gunakan saja satu warna!” suruhnya. “Aku tak mau kehilangan makananku.” “Sabar, Teman,” timpal Merak. “Bukankah kau menginginkan warna bulumu indah?” “Aku tak peduli!” sahut Gagak. “Aku tak mau kelaparan! Warnai saja buluku dengan warna hitam!” Merak melakukannya. Setelah selesai, Gagak melesat terbang untuk menyantap bangkai tikus. Sejak saat itu, bulu burung merak berwarna indah dan bulu burung gagak berwarna hitam.