Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus
Matahari telah menampakkan diri. Bunga-bunga telah bermekaran
dan burung-burung berkicau di sarangnya. Para binatang
peliharaan pun telah terbangun. Mereka menggeliat, menguap,
dan merasa lapar.
Waktu terus berlalu. Para binatang peliharaan yang sedang kelaparan,
mendengar burung-burung murai bernyanyi dan burung-burung merpati
berkukur. Namun, mereka tidak juga mendengar suara derap sepatu Pak Kus
yang sedang mereka nantikan.
“Ku-ku-ru-yuk!” para Ayam Jantan berkokok. “Oh, tidak adakah yang
mengeluarkan kami dari kandang ini dan memberi kami makan?”
“Kut, kut, kut! Hai, apakah yang telah terjadi? Mengapa kita belum juga
dikeluarkan dari kandang dan diberi makan?” tanya para Ayam Betina sambil
mengepak-ngepakkan sayap mereka.
Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus
Mereka juga kelihatan kesal.
“Moo, moo, moo!” Sapi menukas. “Pak Kus pasti datang dan memerah
susuku! Aku mempunyai banyak susu!”
“Meong, meong, meong!” ucap Kucing. “Aku ingin minum susu! Tempat
susuku telah kering! Aku sudah sangat lapar!”
“Aku juga ingin makan!” timpal Anjing. “Aku telah lama
terbangun, tetapi belum juga diberi makan!”
Kemudian, semua binatang peliharaan itu bersamasama
berteriak dengan keras, “Bangunlah, Pak Kus!
Keluarkan kami dan beri kami makan!”
Namun, Pak Kus tidak mendengar. Tirai jendela
kamarnya masih tertutup rapat. Dia masih tidur.
“Tolonglah, bangunkan dia untuk kami!” kata para
binatang pada matahari.
“Akan kucoba,” jawab Matahari. “Jika aku dapat menemukan sebuah celah di antara tirai itu, aku akan membangunkannya.”
Ia lalu segera mencari dan menemukannya. Ia mengirimkan sinarnya
yang keemasan. Sinar itu menimpa wajah Pak Kus, tepat mengenai matanya.
Namun, Pak Kus tidak merasakan apa-apa.
“Aku tak bisa membangunkannya. Tapi, aku menemukan sesuatu!” lapor
Matahari pada mereka. “Aku melihat beker yang ada di sisi pembaringan
Pak Kus berhenti! Beker itu tidak mengeluarkan bunyi. Barangkali mati tadi
malam!”
“Mati?” seru para binatang peliharaan. “Oh, dia pasti lupa memutarnya
sebelum tidur!”
“Ya, jam beker itu tidak berbunyi pada pukul enam seperti biasanya untuk
membangunkan Pak Kus. Beker itu mati,” Matahari menambahkan.
“Kita harus menemukan cara lain untuk membangunkannya,” para binatang
peliharaan berkata, “atau kita semua tak akan memperoleh makanan hari
ini.” “Aku akan mencoba untuk membangunkannya,” ucap Kucing. “Mudahmudahan
aku dapat menemukan jalan untuk masuk ke kamarnya.” Ia segera
memanjat dinding dan masuk melalui jendela yang terbuka. Ia mendarat
perlahan di sisi Pak Kus dan mengetuk pelan beker itu dengan cakarnya. Pak
Kus tersenyum dalam tidurnya. Ia lalu menggelitik hidung Pak Kus dengan
kumisnya. Pak Kus bersin, tetapi kemudian melanjutkan tidurnya. Kucing lalu
menggigit telinga Pak Kus dengan pelan.
“Nyamuk-nyamuk nakal!” omel Pak Kus.
Kemudian kucing itu menggigit telinga Pak Kus dengan lebih keras.
Pak
Kus menyentilnya dengan jari telunjuknya. Dengan putus asa kucing itu
menggigit keras-keras telinga Pak Kus hingga meninggalkan rasa sakit. Pak Kus
terbangun dan duduk sambil memerhatikan si kucing. Kemudian dia melihat
beker. Beker itu tidak berbunyi. Dia pun segera melompat dari pembaringan
dan melihat ke arloji yang ada di atas meja.
“Jam delapan! Oh!” teriak Pak Kus.
“Aku kesiangan!” dia kembali berteriak.
Segera dia berganti pakaian dan keluar. Para binatang peliharaan gembira
mendengar suara derap sepatunya. Dia segera membuka pintu kandang dan
memberi mereka makan. Dia pun tak lupa memerah susu. Setelah semuanya
beres, Pak Kus duduk di ruang makan menikmati sarapannya. Dia makan
dengan sangat lahap seperti para binatang peliharaannya. Ketika melihat
kucingnya, dia memberi makanan tambahan berupa semangkuk besar bubur
karena telah membangunkannya. Ya, Pak Kus telah lupa menyetel jam
bekernya kemarin!