Dongeng Anak: Biarkan Ia Bebas
Aku punya seekor kutilang.
Aku membelinya
dari Kang Adun.
Mama sangat
tidak suka
karena aku suka lalai
pada peliharaanku,
seperti yang kulakukan
seminggu yang lalu.
Aku minta dibelikan ikan koi.
Mama lalu membelikannya.
Mulanya aku merawatnya
dengan baik.
Tapi, kemudian
aku melupakan peliharaanku.
Aku tak memberinya makan
dan juga tak mengganti-ganti
airnya.
Akibatnya, koi itu mati.
Mama kesal melihatnya.
“Awas kalau tidak
merawatnya
dengan baik,”
ancam Mama,
sewaktu aku merengek
minta dibelikan
seekor burung kutilang. “Aku janji
akan merawatnya
dengan baik, Ma,”
ucapku.
Mama pun mengizinkan.
Aku lalu membeli
seekor kutilang
pada Kang Adun,
si pedagang burung.
Aku senang sekali
dengan kutilangku.
Setiap pagi sebelum ke sekolah,
aku memberinya makan.
Kuganti air minumnya.
Namun, ternyata
kutilang itu tidak lama
kumiliki.
Kemarin,
setelah memberi makan
dan minum kutilang itu,
Aku lupa menutup
pintu sangkarnya.
Ketika aku kembali dari sekolah,
kutilangku sudah tak ada.
Pintu sangkarnya terbuka.
Aku ingat apa yang telah
aku lakukan pagi tadi. Aku lupa menutup
pintu sangkar!
Aku menyesali
keteledoranku.
“Sudahlah,” hibur Mama.
“Bukankah lebih baik
kutilang itu
hidup bebas?
Ia bisa pergi
ke mana saja,
mencari makan sesukanya,
dan bermain bersama
teman-temannya.
Tidak enak, lho,
hidup dalam sangkar,
meski diberi makan. Bayangkan
kalau kamu dikurung di rumah,
tidak boleh ke mana-mana,
tidak boleh bermain
dengan teman-temanmu!”
Aku merenungkan
kata-kata Mama.
Bila aku dikurung di rumah,
tak boleh ke mana-mana,
tak boleh bermain
dengan teman-teman,
hiii, pasti tak enak sekali!
Seperti dipenjara rasanya,
meski diberi makan enak,
meski diberi banyak mainan.
Aku bergidik ngeri.
Dongeng Anak: Bus Kecil Yang Takut Gelap
Ada sebuah bus kecil berwarna merah. Ia tinggal di sebuah garasi
bersama ayah dan ibunya. Setiap pagi ketiganya diisi bensin dan
air. Kemudian mereka mengangkut orang, dari desa tempat tinggal
mereka ke kota besar di tepi laut, pulang balik.
Si Bus Kecil selalu melakukan perjalanan di siang hari. Pada malam hari ia
tidak berani. Ia sangat takut gelap. Suatu hari ibunya berkata, “Dengarlah!
Ibu akan menceritakan sebuah cerita.”
Ibu Bus lalu mulai bercerita, “Dulu sekali, Gelap takut pada bus. Tapi,
Ibu Gelap yang secantik bunga melati berkata pada anaknya, ‘Kau tidak usah takut. Ayolah keluar! Sekarang sudah saatnya kau keluar. Kalau kau
bersembunyi terus, orang-orang tidak tahu bahwa saat mereka untuk tidur
telah tiba. Bintang-bintang pun tidak tahu bahwa sudah saatnya mereka keluar
untuk memancarkan sinar. Ayolah keluar! Tak usah takut.’ Maka, Gelap yang
tengah bersembunyi di balik matahari keluar dan merangkak turun ke jalan
dan rumah-rumah.
Dongeng Anak: Bus Kecil Yang Takut Gelap
Bus-bus tampak sedang bergerak ke sana ke mari. Gelap
memberanikan diri merangkak lebih jauh. Tak lama kemudian, lampu-lampu
di sepanjang jalan dinyalakan. Para sopir bis juga menyalakan lampu bus.
“Gelap terus merayap. Ia tak menyadari ada sebuah bus bergerak
menembusnya dan membunyikan klakson. Menyenangkan sekali! Gelap pun
tersenyum gembira. Setelah itu banyak bus menembus Gelap dengan lampulampu
mereka yang menyala.
Orang-orang di dalam bus-bus pun tampak sangat menikmati suasana
yang sangat indah itu.
“Ketika bulan bersinar, Gelap bermain petak umpet di antara rumahrumah.
Ketika pagi tiba, matahari bersinar dan mengantarkan Gelap pulang
ke ibunya. Kini, Gelap tak takut lagi pada bus.”
Ketika Ibu Bis selesai bercerita, si Bus Kecil berkata, “Saya siap untuk pergi
keluar sekarang, Bu.”
Ketika si Pengendara Bus Kecil datang dan menyalakan mesin serta lampu
Bus Kecil, orang-orang mulai naik dan duduk. Setelah bus penuh, si Bus Kecil
pun berangkat. Ia menembus gelap, menuruni bukit, menuju ke kota besar
di tepi laut.