Tuesday, December 20, 2011

Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus

Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus

Matahari telah menampakkan diri. Bunga-bunga telah bermekaran dan burung-burung berkicau di sarangnya. Para binatang peliharaan pun telah terbangun. Mereka menggeliat, menguap, dan merasa lapar. Waktu terus berlalu. Para binatang peliharaan yang sedang kelaparan, mendengar burung-burung murai bernyanyi dan burung-burung merpati berkukur. Namun, mereka tidak juga mendengar suara derap sepatu Pak Kus yang sedang mereka nantikan. “Ku-ku-ru-yuk!” para Ayam Jantan berkokok. “Oh, tidak adakah yang mengeluarkan kami dari kandang ini dan memberi kami makan?” “Kut, kut, kut! Hai, apakah yang telah terjadi? Mengapa kita belum juga dikeluarkan dari kandang dan diberi makan?” tanya para Ayam Betina sambil mengepak-ngepakkan sayap mereka. 

Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus

Mereka juga kelihatan kesal. “Moo, moo, moo!” Sapi menukas. “Pak Kus pasti datang dan memerah susuku! Aku mempunyai banyak susu!” “Meong, meong, meong!” ucap Kucing. “Aku ingin minum susu! Tempat susuku telah kering! Aku sudah sangat lapar!” “Aku juga ingin makan!” timpal Anjing. “Aku telah lama terbangun, tetapi belum juga diberi makan!” Kemudian, semua binatang peliharaan itu bersamasama berteriak dengan keras, “Bangunlah, Pak Kus! Keluarkan kami dan beri kami makan!” Namun, Pak Kus tidak mendengar. Tirai jendela kamarnya masih tertutup rapat. Dia masih tidur. “Tolonglah, bangunkan dia untuk kami!” kata para binatang pada matahari. “Akan kucoba,” jawab Matahari. “Jika aku dapat menemukan sebuah celah di antara tirai itu, aku akan membangunkannya.” Ia lalu segera mencari dan menemukannya. Ia mengirimkan sinarnya yang keemasan. Sinar itu menimpa wajah Pak Kus, tepat mengenai matanya.

Namun, Pak Kus tidak merasakan apa-apa. “Aku tak bisa membangunkannya. Tapi, aku menemukan sesuatu!” lapor Matahari pada mereka. “Aku melihat beker yang ada di sisi pembaringan Pak Kus berhenti! Beker itu tidak mengeluarkan bunyi. Barangkali mati tadi malam!” “Mati?” seru para binatang peliharaan. “Oh, dia pasti lupa memutarnya sebelum tidur!” “Ya, jam beker itu tidak berbunyi pada pukul enam seperti biasanya untuk membangunkan Pak Kus. Beker itu mati,” Matahari menambahkan. “Kita harus menemukan cara lain untuk membangunkannya,” para binatang peliharaan berkata, “atau kita semua tak akan memperoleh makanan hari ini.” “Aku akan mencoba untuk membangunkannya,” ucap Kucing. “Mudahmudahan aku dapat menemukan jalan untuk masuk ke kamarnya.” Ia segera memanjat dinding dan masuk melalui jendela yang terbuka. Ia mendarat perlahan di sisi Pak Kus dan mengetuk pelan beker itu dengan cakarnya. Pak Kus tersenyum dalam tidurnya. Ia lalu menggelitik hidung Pak Kus dengan kumisnya. Pak Kus bersin, tetapi kemudian melanjutkan tidurnya. Kucing lalu menggigit telinga Pak Kus dengan pelan. “Nyamuk-nyamuk nakal!” omel Pak Kus. Kemudian kucing itu menggigit telinga Pak Kus dengan lebih keras.

Pak Kus menyentilnya dengan jari telunjuknya. Dengan putus asa kucing itu menggigit keras-keras telinga Pak Kus hingga meninggalkan rasa sakit. Pak Kus terbangun dan duduk sambil memerhatikan si kucing. Kemudian dia melihat beker. Beker itu tidak berbunyi. Dia pun segera melompat dari pembaringan dan melihat ke arloji yang ada di atas meja. “Jam delapan! Oh!” teriak Pak Kus. “Aku kesiangan!” dia kembali berteriak. Segera dia berganti pakaian dan keluar. Para binatang peliharaan gembira mendengar suara derap sepatunya. Dia segera membuka pintu kandang dan memberi mereka makan. Dia pun tak lupa memerah susu. Setelah semuanya beres, Pak Kus duduk di ruang makan menikmati sarapannya. Dia makan dengan sangat lahap seperti para binatang peliharaannya. Ketika melihat kucingnya, dia memberi makanan tambahan berupa semangkuk besar bubur karena telah membangunkannya. Ya, Pak Kus telah lupa menyetel jam bekernya kemarin!

Dongeng Anak: Bangunlah, Pak Kus